Guru Besar Biologi Sel dan Molekuler menjadi Narasumber pada Temu Ilmiah Fakultas Syariah
Siang hari, suasana semakin terasa “panas” oleh diskusi yang terjadi di Aula Fakultas Syariah Gedung Perkuliahan Lantai 3. Fakultas Syariah pada waktu itu kedatangan guru besar dari salah satu PTN ternama di pulau Jawa. Kegiatan tersebut diberi tajuk Temu Ilmiah Fakultas Syariah yang mengangkat tema “Human Cloning dalam Perspektif Sains Modern”. Prof. Sutiman Bambang Sumitro, M.Sc., D.Sc. yang merupakan Guru Besar Biologi Sel dan Molekuler dari Departemen Biologi Fakultas MIPA Universitas Brawijaya Malang, berkesempatan menjadi narasumber pada temu ilmiah tersebut.
Beliau memaparkan pekembangan teknologi terutama terkait kloning manusia yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Selanjutnya, dalam materi yang beliau sampaikan, bahwa kemajuan teknologi dapat membawa manfaat dan juga kemudaratan bagi umat manusia. Begitu juga dengan kloning manusia, teknologi tersebut menjadi perdebatan panjang terkait boleh-tidaknya itu dilakukan, termasuk perdebatan halal-haramnya di kalangan ulama. Terlepas dari perdebatan yang terjadi, guru besar yang pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim tersebut lebih bijaksana menyikapi isu-isu yang bermunculan. Beliau berpendapat jika sains merupakan media komunikasi, bukan alat untuk mencari kebenaran.
Temu Ilmiah Fakultas Syariah yang dilaksanakan pada Selasa, 6 September 2022 ini juga sekaligus sebagai “Pembukaan Kegiatan Pembelajaran Program Khusus Perbandingan Mazhab (PKPM)”. Dr. H. Nuril Khasyi’in, Lc., M.A. yang mendapat kehormatan untuk memberikan sambutan pertama pada pembukaan kegiatan tersebut menjelaskan tentang PKPM yang sudah banyak membanggakan beliau. Beliau berharap agar ke depannya semakin membanggakan, khususnya sebagai kader-kader ulama yang siap terjun ke masyarakat. Beliau menjelaskan selama ini keakraban sesama mahasantri di PKPM sudah terjalin erat, hal itu merupakan modal besar untuk bisa bersama memajukan PKPM ini. Di Fakultas Syariah, setidaknya ada dua model fikih yang harus dipahami, yakni fiqhul waqi’ (fikih yang sesuai dengan fakta dan realita) dan fiqhul iftiradhi (fikih yang bersifat prediktif untuk masa depan). Perkembangan IPTEK tentu menyisakan banyak ruang bagi para pengkaji dan pakar hukum Islam untuk menjawab problematika yang terus berkembang. Isu human cloning menjadi salah satu contoh persoalan yang menarik untuk diamati. Mungkinkah mewujudkan bentuk ‘copy manusia’, bagaimana persoalan fikihnya, seperti perwalian dan kewarisan, termasuk potensi komersialisme manusia, ungkap Ketua Koordinator Harian Program Khusus Perbandingan Mazhab tersebut.
Pada sambutan kedua dalam kegiatan tersebut, Imam Alfianoor, M.H.I. selaku Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab, menyinggung bahwa tesis yang pernah beliau buat adalah terkait human cloning. Beliau juga memberikan arahan kepada para mahasantri untuk dapat lebih mengembangkan diri selama berada di PKPM. Sambutan ketiga pada Pembukaan Kegiatan Pembelajaran PKPM oleh Dekan Fakultas Syariah, Dr. Hj. Amelia Rahmaniah, M.H., diikuti dengan membuka acara tersebut. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan agar mahasiswa tidak hanya berhenti pada mendengarkan materi perkuliahan, tetapi juga dapat mengambil pelajaran dari sana, untuk dapat dijadikan kajian ilmiah. Beliau sangat berharap PKPM ini dapat memberikan banyak manfaat bagi mahasantri itu sendiri maupun bagi orang-orang di lingkungan sekitarnya.