Dialog Kebangsaan: Peran Tokoh Agama untuk Menyukseskan Pemilu 2024
Beberapa bulan lagi, tepatnya tanggal 14 Februari 2024, bangsa Indonesia mengadakan “Pesta Demokrasi”, yaitu Pemilihan Umum (Pemilu). Ini yang menjadi inspirasi bagi “Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)” dalam mengadakan kegiatan Dialog Kebangsaan: Peran Tokoh Agama untuk Menyukseskan Pemilu 2024. Kegiatan ini diselenggarakan pada tanggal 11 Nopember 2023 bertempat di Gedung Mahligai Pancasila. Dalam paparannya, Ketua FKUB Provinsi Kalimantan Selatan yang juga seorang akademisi UIN Antasari Banjarmasin, menegaskan bahwa dialog kebangsaan ini adalah wujud dari perhatian FKUB Kalimantan Selatan terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Ada slogan yang cukup dikenal di kalangan umat Islam, yaitu “Hubbul Wathan Minal Iman (Mencintai Negara Bagian dari Iman)”. Menurut beliau, kemerdekaan bangsa Indonesia didapat melalui perjuangan yang panjang dan berdarah-darah. “Nah… Sebuah tugas mandatory ada di pundak kita, yaitu mensejahterakan kehidupan bangsa ini.”, ungkap beliau. Pemilu merupakan ikhtiar bangsa dalam melaksanakan cita-cita tersebut untuk mewujudkan kehidupan yang demokratis. Lebih lanjut dijelaskan pula, diharapkan Pemilu benar-benar dapat membanggakan sebagai perwujudan dari kehidupan demokrasi yang substansial bukan sekedar demokrasi prosedural, yang menghasilkan pemimpin-pemimpin yang berwatak negarawan, bermartabat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sebagai pembicara pertama dalam kegiatan tersebut, Prof. Dr. Hj. Siti Ruhaini Dzuhayatin, menjelaskan bahwa Indonesia mempunyai 716 etnis yang tersebar di mana-mana. Beliau mengungkapkan, “Apakah ini menjadi sebuah berkah atau tidak?”. Dalam konteks sejarah Indonesia, bangsa ini lahir dari kesatuan tekad untuk menjadi bangsa yang kemudian menjadi negara. Inilah salah satu “lem perekat” bagi bangsa ini untuk tidak hancur dalam bernegara. Bandingkan dengan Negara Afganistan, yang hanya mempunyai 7 etnis saja, tetapi konflik terus terjadi. “Hal yang terpenting adalah jangan lelah mencintai Indonesia.”, tambah beliau.
Pembicara kedua pada dialog ini adalah Dr. H. Muhammad Effendi. Beliau menguraikan salah satu ukuran Pemilu yang jujur dan adil, yakni landasan normatif dibuat secara fair, materinya mencerminkan keadilan, aturan teknisnya mendorong pengembangan demokrasi, jajaran penyelenggaraan bersifat mandiri, independen dan memiliki integrasi. Selanjutnya, sebagai pembicara ketiga dalam dialog tersebut, yaitu Dr. Mirhan AM, M.Ag., menyampaikan bahwa agama tidak boleh dimanipulasi oleh pihak manapun, dan untuk kepentingan apapun. Kemudian, beliau menambahkan bahwa setiap umat beragama wajib berkontribusi positif, baik yang bersifat intern, antar umat beragama, maupun dengan pemerintah. Akhirnya, kita berharap kepada semua pihak agar jangan lelah mencintai negeri ini.
(Sulaiman Kurdi)
