
Jawab Tantangan Global, Fakultas Syariah Gelar Workshop Kurikulum OBE Bersama Pakar dan Stakeholder
- Posted by Tim Humas Fasya
- Categories BERITA
- Date 29/10/2025
Fakultas Syariah UIN Antasari Banjarmasin mengambil langkah strategis dalam upaya modernisasi sistem pendidikannya dengan menggelar “Workshop Kurikulum Berbasis OBE (Outcome-Based Education) tahun 2025″. Bertempat di Ball Room Lantai IV Hotel Delima, Kecamatan Kertak Hanyar Kabupaten Banjar pada Rabu, 29 Oktober 2025, workshop ini bertujuan untuk merumuskan ulang kurikulum agar lulusan Fakultas Syariah mampu bersaing dan menjawab kebutuhan dunia kerja di tingkat regional, nasional maupun internasional.
Acara ini menunjukkan keseriusan fakultas dengan menghadirkan 90 peserta yang terdiri dari seluruh jajaran Dekanat, para Guru Besar, dosen, dan tenaga kependidikan. Yang istimewa, forum ini juga mengundang para pemangku kepentingan (stakeholder) eksternal secara lengkap, mulai dari perwakilan Ombudsman Kalsel, UPT Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin, Kepala KUA Kecamatan Gambut, Ketua Pengadilan Agama Banjarbaru dan Pelaihari, notaris, advokat, perwakilan alumni, serta perwakilan mahasiswa.
Dalam sambutan pembukaannya, Dekan Fakultas Syariah, Dr. Hj. Amelia Rahmaniah, M.H., menyatakan bahwa fakultas saat ini sedang dalam masa transisi. “Saat ini kita masih menerapkan kurikulum berbasis KKNI dan MBKM, yang berarti kita sedang on the way menuju kurikulum OBE. Secara umum, mungkin para dosen kita belum begitu familiar dengan OBE,” ujarnya.
Dekan Dr. Amelia menjelaskan alasan mengundang narasumber dari Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Dodik Setiawan Nur Heriyanto, SH, MH, LLM, Ph.D., dan Siti Rahma Novitasari, S.H., M.H. “Narasumber kita sudah sangat berpengalaman mereview kurikulum di berbagai kampus, termasuk Universitas Lambung Mangkurat. Esensi kurikulum baru ini adalah berbasis pada luaran hasil perkuliahan, bukan sekadar berbasis kognitif,” tegasnya.
Merancang Lulusan dari ‘Belakang’
Sesi materi pertama dipandu oleh Dr. Imam Alfiannor, S.Ag., M.HI., dengan narasumber utama Dodik Setiawan Nur Heriyanto, Ph.D., yang juga menjabat sebagai Kaprodi Hukum di UII. Beliau memaparkan bahwa tantangan utama pendidikan tinggi saat ini adalah globalisasi dan perkembangan teknologi yang tak terbendung. “Pertanyaannya, sudah siapkah lulusan kita berhadapan dengan lulusan dari luar sana? Ini meniscayakan pergeseran paradigma. Kita dituntut melahirkan lulusan yang mampu berkontribusi langsung di masyarakat dalam skala global,” papar Dodik.
Untuk itu, lanjutnya, seluruh sivitas akademika harus memiliki Agile Mindset atau kemampuan beradaptasi cepat. Dalam konteks OBE, dosen tidak lagi menjadi pusat pembelajaran, melainkan sebagai fasilitator yang mendorong kreativitas mahasiswa. “Kunci dari OBE adalah Backward Curriculum Design. Cara meramunya adalah kita melihat dari belakang, yakni menetapkan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) atau profil lulusan terlebih dahulu. CPL ini harus memasukkan kebutuhan dunia kerja dan soft skills abad 21,” jelasnya. “Setelah CPL ditetapkan, baru kita tetapkan bahan kajiannya. Dengan demikian, sangat mungkin ada mata kuliah yang dicabut, dilebur, atau ditambahkan.”
Masukan Kritis dari Stakeholder dan Mahasiswa
Sesi diskusi berlangsung sangat dinamis, menunjukkan antusiasme peserta menyambut kurikulum baru. Para Guru Besar seperti Prof. Dr. Ahmadi Hasan, M.H., Prof. Dr. H. Jalaluddin, M.H., dan Dr. Hj. Gusti Muzainah, M.H., tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk memberikan pandangan kritis dan pengayaan.
Masukan berharga datang dari stakeholder. Haris Fadilah, Kepala UPT Asrama Haji, menyebut lulusan UIN layak berkompetisi, namun ia menyoroti perlunya advokasi kebijakan. “Terkadang kami kesulitan dengan formasi jabatan yang belum spesifik mengakomodir sarjana hukum dari UIN,” katanya.
Sementara itu, Zulkifli HS, Kepala KUA Gambut, mengapresiasi kurikulum Prodi HKI yang sudah mengakomodir tugas KUA dan menyarankan agar durasi magang mahasiswa diperpanjang untuk pengalaman yang lebih mendalam.
Dari kalangan alumni, M. Noor Ridhani dan M. Khaikal Fajri menyarankan penambahan mata kuliah yang menunjang kompetensi praktik di dunia kerja. Suara mahasiswa pun didengar. Laila Amalia, mahasiswa semester VII, berharap adanya perbanyakan mata kuliah praktik di dalam kampus sebelum mereka diterjunkan untuk magang di lembaga eksternal. (*/MF)













