
TAFSIR FILM: Mengupas Makna diBalik Layar
- Posted by Tim Humas Fasya
- Categories BERITA, Berita HTN
- Date 16/06/2025
Dalam tiga hari yang penuh makna, Mahasiswa Hukum Tata Negara 22B bersama Himpunan Mahasiswa Jurusan Hukum Tata Negara UIN Antasari Banjarmasin berhasil menggelar sebuah kegiatan yang tak biasa, “Tafsir Film”. Diselenggarakan pada tanggal 13–15 Juni 2025, kegiatan ini menjadi ruang kolaborasi intelektual yang menyegarkan, sekaligus menggugah nurani. Film tak lagi sekadar tontonan melainkan menjadi jendela untuk memahami realitas, menantang cara berpikir, dan mengasah kepekaan hukum serta sosial mahasiswa.
Hari Pertama: Membuka Layar Sejarah dan Kesadaran
Suasana Auditorium dipenuhi antusiasme mahasiswa sejak pagi Jumat, 13 Juni 2025, saat acara dibuka dengan sambutan dari Bawaihi selaku ketua pelaksana, dilanjutkan oleh Muhammad Sauqi Anshari selaku Ketua HMJ HTN. Keduanya menyuarakan semangat kolaboratif antarangkatan dan organisasi. Pidato inspiratif dari Bapak Sulaiman Kurdi, S.Ag., M.S.I., sebagai inisiator acara, menyiratkan bahwa memahami hukum tak melulu dari teks, tetapi juga dari konteks. Penutup sambutan oleh Ketua Jurusan Hukum Tata Negara yaitu Bapak Arie Sulistyoko, S.Sos., M.H., sekaligus pemotongan pita, menjadi simbol dimulainya petualangan sinematik selama tiga hari ke depan.
Film pembuka, “Perang Banjar”, menghadirkan narasi perjuangan lokal yang mengakar. Tak sekadar menonton, para peserta diajak mengupas makna film bersama dua narasumber luar biasa Dosen dari Fakultas Syariah yaitu, Prof. Dr. H. Jalaluddin, M.Hum., dan Drs. Nor Ipansyah, M.Ag. Diskusi berjalan intens, pertanyaan berdatangan, dan mahasiswa tampak aktif menggali nilai sejarah, identitas, dan keadilan dalam film. Sesi ini ditutup dengan foto bersama, mengabadikan semangat hari pertama yang menginspirasi.
Hari Kedua: Dari Perempuan Adat Hingga Keadilan Global
Semangat tak surut memasuki Sabtu, 14 Juni 2025. Hari kedua menghadirkan dua film dengan tema yang lebih luas dan mendalam. Film pertama, “Our Mothers’ Land”, menyentuh perjuangan perempuan adat dalam mempertahankan tanah dan martabat. Diskusi dimoderatori oleh dua narasumber yang mumpuni yaitu, Dr. Imam Alfiannoor, S.Ag., M.H.I. Dosen dari Fakultas Syariah dan M. Jefry Raharja dari WALHI. Para peserta dibuat tersentuh, bahkan tergerak oleh kisah-kisah nyata yang disampaikan.
Setelah jeda istirahat dan sholat, layar kembali dibuka untuk film kedua, “The Mauritanian”. Sebuah kisah nyata tentang pelanggaran HAM dan keadilan yang dikorbankan atas nama keamanan. Narasumber Aspihani Ideris, S.H., S.A.P., M.H., seorang advokat, mengajak peserta memahami bagaimana sistem hukum bisa menjadi alat penindasan jika tidak diawasi dan diperjuangkan. Mahasiswa hukum tampak terpicu untuk berdialog, mengkritisi, dan bertanya secara aktif. Foto bersama dengan para pemateri menutup hari kedua yang kaya wawasan dan penuh gairah intelektual.
Hari Ketiga: Orasi Visual dan Aksi Nurani
Puncak acara pada Minggu, 15 Juni 2025, benar-benar meninggalkan kesan mendalam. Film epik “Kingdom of Heaven” menjadi pilihan tepat untuk menutup rangkaian sinema. Tidak hanya karena kualitas filmnya, tetapi juga karena kedalaman nilai yang dikandung di dalamnya tentang kemanusiaan, perang, dan spiritualitas. Sesi bedah film dipandu oleh Dr. H. Nuril Khasyi’in, Lc., M.A., dosen Fakultas Syariah UIN Antasari, yang membongkar lapisan historis dan relevansi kontemporer film terutama dalam konteks perjuangan rakyat Palestina. Tak hanya berbicara, beliau juga membacakan syair perlawanan, menciptakan atmosfer spiritual yang menggugah hati.
Namun, momen paling mengguncang datang dari aksi teatrikal simbolik yang dipersembahkan oleh mahasiswa HTN 22B dan HMJ HTN. Saat adzan dikumandangkan, tiba-tiba suara bom mengguncang, sang muadzin terjatuh menggambarkan kekerasan yang dialami rakyat Palestina. Dalam hening, enam mahasiswa membawa huruf “HUMAN RIGHTS”, mahasiswa yang memegang huruf “S” merobeknya yang mana menyimbolkan bahwa hak asasi manusia tak lagi utuh. Sebuah puisi menggugah dilantunkan, disusul orasi kuat dari Ketua HMJ yang menyerukan agar mahasiswa hukum tidak hanya cakap di ruang kuliah, tapi juga peka terhadap isu kemanusiaan.
Sebagai penutup yang menenangkan, peserta diarahkan ke lapangan untuk mengikuti prosesi pelepasan burung merpati oleh panitia, Bapak Nuril Khasyi’in, dan Bapak Sulaiman Kurdi. Burung-burung itu terbang tinggi membawa harapan-harapan akan dunia yang lebih damai, adil, dan manusiawi. Acara ditutup dengan doa bersama, menyatukan seluruh emosi, refleksi, dan semangat yang tumbuh selama tiga hari luar biasa.
Tafsir Film telah menjadi bukti bahwa mahasiswa hukum tak hanya bisa berpikir logis, tetapi juga bisa merasa, membaca, dan bertindak. Dari sejarah lokal hingga isu global, dari suara perempuan hingga keadilan internasional, dari layar ke Nurani semua dipelajari dalam satu rangkaian kegiatan yang tak terlupakan.
Kesuksesan acara ini bukan hanya karena ramainya peserta atau kualitas film yang ditayangkan, tetapi karena pesan yang dibawa pulang oleh setiap peserta bahwa hukum adalah alat pembebasan, bukan penindasan dan mahasiswa adalah penjaga nurani dalam setiap ketidakadilan. Semoga Tafsir Film menjadi awal dari tradisi akademik baru yang kritis, humanis, dan menggugah. Karena memahami hukum, berarti memahami manusia.



















Tag:HMJ HTN, Prodi HTN, Tafsir Film